Pengobatan patah tulang oleh dokter bertujuan untuk mengembalikan fungsi normal tulang dan bagian tubuh yang terkena, serta mencegah komplikasi lebih lanjut. Proses pengobatan ini tergantung pada jenis, lokasi, dan keparahan patah tulang. Berikut adalah langkah-langkah yang biasanya dilakukan dokter dalam mengobati patah tulang:
1. Evaluasi dan Diagnosa
a. Pemeriksaan Fisik: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengevaluasi area yang cedera, mencari tanda-tanda deformitas, pembengkakan, memar, dan memeriksa mobilitas serta sensasi di daerah tersebut.
b. Pencitraan Medis: Pencitraan seperti rontgen, CT scan, atau MRI biasanya dilakukan untuk memastikan diagnosis dan menentukan jenis serta lokasi patah tulang. Pencitraan ini membantu dokter merencanakan penanganan yang tepat.
2. Penanganan Awal
a. Penanganan Nyeri: Pemberian obat pereda nyeri adalah langkah awal yang penting untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh pasien. Obat-obatan ini bisa berupa analgesik oral atau injeksi, tergantung pada tingkat keparahan nyeri.
b. Imobilisasi: Dokter akan melakukan imobilisasi area yang patah menggunakan gips, belat, atau bidai untuk menjaga tulang tetap stabil dan mencegah gerakan yang dapat memperparah cedera. Imobilisasi juga membantu mengurangi nyeri dan pembengkakan.
3. Reduksi (Pengembalian Posisi Tulang)
a. Reduksi Tertutup: Jika tulang yang patah tidak menembus kulit dan posisinya tidak terlalu tergeser, dokter mungkin akan melakukan reduksi tertutup. Proses ini melibatkan manipulasi manual untuk mengembalikan tulang ke posisi normalnya tanpa perlu pembedahan. Pasien mungkin akan diberikan obat penenang atau anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit selama prosedur.
b. Reduksi Terbuka: Jika fraktur sangat parah atau tulang mengalami pergeseran signifikan, pembedahan mungkin diperlukan. Dalam prosedur ini, dokter akan membuat sayatan di kulit dan menggunakan alat khusus untuk mengembalikan tulang ke posisi normalnya. Reduksi terbuka sering kali dilanjutkan dengan fiksasi internal menggunakan piring, sekrup, atau batang logam untuk menstabilkan tulang.
4. Fiksasi (Stabilisasi Tulang)
a. Fiksasi Internal: Setelah reduksi terbuka, dokter mungkin akan menggunakan piring logam, sekrup, atau batang yang ditempatkan di dalam tubuh untuk menstabilkan tulang. Fiksasi internal ini membantu tulang tetap pada posisinya selama proses penyembuhan.
b. Fiksasi Eksternal: Dalam beberapa kasus, fiksasi eksternal mungkin digunakan, terutama jika ada risiko infeksi atau jika jaringan lunak di sekitar fraktur memerlukan penyembuhan tambahan. Alat fiksasi eksternal terdiri dari pin atau sekrup yang dipasang di tulang melalui kulit dan dihubungkan ke bingkai eksternal.
5. Rehabilitasi dan Pemulihan
a. Terapi Fisik: Setelah fase awal penyembuhan, terapi fisik sangat penting untuk mengembalikan fungsi dan kekuatan pada bagian tubuh yang terkena. Terapi fisik mencakup latihan untuk meningkatkan rentang gerak, kekuatan otot, dan fleksibilitas.
b. Latihan Mandiri: Dokter atau fisioterapis akan memberikan latihan yang dapat dilakukan pasien di rumah untuk mendukung proses penyembuhan. Latihan ini penting untuk mencegah kekakuan dan mempercepat pemulihan.